Pemeriksaan Diagnosik Mata
Pada garis besarnya pemerksaan diagnostik mata dibagi 2 besar, yaitu:
- Pemeriksaan Subyektif
- Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan subyektif yaitu anamnesa: terdiri dari;
* Umur penderita penting diketahui bukan saja sebagai faktor penyebab dalam peru
bahan akibat ketuaan tetapi juga diperlukan untuk menolong seseorang menghadapi kenyataannya supaya ia merasa tenang. Untuk anak-anak prasekolah tidak begitu penting dilakukan koreksi mata dengan kornea mata hingga mencapai kemampuan penglihatan normal karena keperluannya dalam hal ini masih sangat kurang dibandingkan dengan usia sekolah/orang dewasa. Umur memegang peranan pula pada miopia yang progresif yang cenderung meningkat pada belasan tahun. Begitupun dengan meningkatnya usia maka perubahan yang terjadi pada mata yang sering dikenal ialah rabun tua (presbiopia). Terjadi pada usia tua menyebabkan daya penglihatan untuk jarak dekat terganggu karena menurunnya daya akomodasi. Hal ini disebabkan lensa mata menjadi lebih kaku atau elastisitas lensa berkurang. Kekeruhan pada lensa disebut katarak. Dapat juga terjadi akibat ketuaan yang disebut katarak senil yang disebabkan karena proses degenerasi.
* Pekerjaan ada hubungannya juga dengan keluhan penderita. Seseorang yang pekerjaannya terlibat dengan benda-benda kecil misalnya tukang arloji atau guru, atau siswa yang sering membaca dapat memberikan keluhan akibat kelelahan mata. Keluhannya misalnya sakit kepala, sering keluar air mata, rasa kabur.
Visus (Ketajaman Mata)
Penderita yang mengeluh kabur harus diketahui apakah kelainan itu telah lama berlangsung ataukah baru sekarang secara kebetulan. Dengan tertutupnya 1 mata maka diketahuilah mata yang lain kabur. Kemungkinan lain ialah penurunan ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Untuk pemeriksaan visus ini yang sering digunakan adalah optotype snellen (snallen card). Pemeriksaan pada jarak 5 meter. Untuk tuna aksara digunakan E test. Untuk anak-anak balita digunakan gambar-gambar huruf, bintang dan lain-lain. Interpretasi hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan yang normal adalah 5,5 meter. Artinya huruf/gambar yang telah dibuat pada optotype snellen dapat dikenal untuk jarak 5 meter. Jika ketajaman penglihatan tidak sampai pada batas tersebut maka penderita ini mempunyai kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kaca mata (lensa kontak).
Refraksi mata dibagi 2 yaitu:
- Emetropia
- Ametropia
Mikropsia dan Makropsia
- Mikropsia adalah penglihatan dimana benda menjadi lebih kecil dari ukuran sebenarnya, terjadi akibat adanya kelainan pada fovea. Keluhan penderita tersebut disebabkan sel-sel kerucut tersebar jauh satu sama lain karena adanya edema, tumor, atau pendarahan pada makula.
- Makropsia adalah penglihatan dimana benda yang dilihat menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya sebagai akibat dirapatkannya sel-sel kerucut lebih dekat satu sama lain; karena adanya edema, tumor, atau perdarahan pada fovea.
pots
pots adalah benda yang melayang terlihat sewaktu memandang suatu benda. Disebabkan karena adanya kekeruhan pada korpus
lapang Pandangan
Kelainan lapang pandangan dapat terjadi karena adanya kelainan tekanan intrakranial yang mempengaruhi jalannya syaraf optik atau serabut syaraf pada retina.
Rabun Senja (Light night blind)
Rabun senja atau buta senja bisa terjadi secara komenital atau terjadi belakangan, ini akibat
defesiensi vit A seperti pada penyakit xeroptalmia dan potofobia (takut melihat cahaya) dapat menyebabkan gangguan yang hebat pada seseorang. Fotofobia dapat terjadi pada keratitis (peradangan pada kornea) dan iritis (infeksi pada iris).
Nyeri kepala pada waktu bangun pagi dan hilang tidak lama kemudian. Hal ini jarang disebabkan oleh karena gangguan mata.
Sebaliknya sakit kepala yang terjadi menjelang berakhirnya pekerjaan dimana diperlukan pemakaian mata yang lebih teliti dan keluhan tersebut berkurang bahkan hilang setelah isterahat/tidur, maka keadaan ini umumnya karena gangguan mata.
Diplopia dan Vertigo
Sering sukar dibedakan dengan vertigo jika tidak dibuatkan anamnese yang teliti. Jika ada keluhan diplopia, maka perlu diketahui kapan timbulnya, apakah keadaan ini konstan atau menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu. Diplopia monokuler terjadi akibat perubahan letak lensa, kelainan makula, simulasi, histeri sebagai manifestasi neorologis. Vertigo yang dikeluhkan penderita ialah seakan-akan bahwa benda-benda yang dilihat berputar-putar mengelilingi penderita tersebut. Terjadinya serangan ini tiba-tiba seperti bangun secara mendadak dari berbaring atau perubahan posisi kepala atau otot leher secara mendadak. Keadaan ini biasanya disebabkan anemis sereval (kekurangan darah diotak) atau adanya gangguan nervus 8 atau nervus simpatikus. Pada anamnesa perlu ditanyakan juga penyakit-penyakit yang pernah diderita misalnya penyakit gula, darah tinggi dan lain-lain.
Pemeriksaan objektif
Ialah pemeriksaan yang didapat melalui hasil penelitian pada penderita misalnya mata penderita merah, palpebra odema dan lain-lain.
Pemeriksaan obyektif pada palpebra. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan adalah bengkak pada satu atau kedua palpebra bengkak dan nyeri pada satu kelopak mata menandakan kemungkinan adanya abses sedangkan jika bila terjadi bilateral kemungkinan ialah alergi atau adanya infeksi pada kelopak mata yang disebut blefaritis (radang pada kelopak mata) atau pada penderita dengan hipertiroid (suatu kelainan gondok)
Warna. Perubahan warna pada mata atau jaringan kelopak mata dapat terjadi karena infeksi misalnya konjuntivitis dan dan keratitis (radang pada konjungtiva ) dan ( radang pada kornea). Glaukoma adalah penyakit akibat adanya tekanan bola mata yang meningkat. Perubahan warna dapat juga kita lihat pada penyakit kuning (hepatitis) tetapi tidak yang semua berwarna kuning akibat hepatitis namun bisa juga akibat keracunan obat malaria. Warna merah selain karena infeksi pada mata dapat pula terjadi karena resapan udara konjungtiva karena trauma atau batuk-batuk yang hebat yang disebut konjungtiva bliding. Trauma mata dapat menyebabkan terdapatnya darah dalam bilik mata depan yang disebut Hifema. Adanya nanah/pus dalam bilik mata depan disebut Hipopion. Bilik mata depan (camera okuli anterior). Ruangan pada bagian sentral biasanya disebut katarak (kekeruhan pada lensa). Warna putih juga dapat dilihat pada bagian kornea sebagai jaringan parut akibat luka atau infeksi kornea yang telah sembuh (Sipatriks yang berwarna putih).
Sekresi. Sekresi pada mata harus diketahui macam dan jumlah sekresi yang terjadi jika sekresi berair tanpa mata merah dan nyeri biasanya disebut Epifora (produksi air mata yang belebihan). Sekret purulen (sekret yang bernanah) disebabkan karena infeksi bakteri.
Sekret akibat alergi biasanya banyak Eosinofil. Untuk itu pemeriksaan Lab diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan sekret mata biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- Pemeriksaan secara langsung
- Pembiakan kuman
Pemeriksaan saluran air mata dapat diadakan dengan irigasi dari kanakuli lakrimalis (saluran air mata) dan ductus lakrimalis (kantong air mata). Untuk melihat tanda-tanda yang lain dilakukan insfeksi selanjutnya dengan melihat kelopak mata, kornea, sklera dan aparatus lakrimalis. Pemisahan pertama yaitu melihat kulit kelopak mata apakah ada kelainan misalnya bengkak, dan merah, abses, hordeolum eksterna (mata merah dan benjol keluar), dan yang lainnya proptosis (mata menonjol kedepan) atau biasa juga disebut exoftalmus. Proptosis bisa juga disebabkan oleh tumor dalam bola mata, penyakit gondok pada hipertiroid. Bola mata yang kempes disebut Ptisis bulbi.
Kelopak mata. Silia dan kelopak mata harus pula diperiksa kemungkinan adanya trichiasis ( silia yang terputar kedalam bola mata) atau Distichiasis (bulu mata tumbuh bukan pada tempatnya). Entropion (selain bola mata kelopak mata juga masuk kedalam). Ektropion (selain bola mata kelopak mata juga melipat keluar). Ptosis (kelopak mata turun kebawah). Lagostalmus (kelopak mata terbuka terus).
Kornea. Yang perlu diperhatikan pada kornea adalah diameter dan kejernihannya. Diameter yang lebih dari 12 mm (normal 9 – 12 mm) disebut megalokornea. Sebaliknya kornea yang kecil pada orang dewasa kurang dari 9 mm disebut mikrokornea. Kornea yang normal permukaannya licin, teratur dan menyerupai cermin, iris dapat dilihat dari segala arah dengan jelas.
Camera okuli anterior (COA) atau bilik mata depan, ruangan ini dibatasi pada bagian depan oleh kornea dan bagian belakang oleh iris. Pada keadaan normal jarak antara kornea dan iris adalah 3 mm. Pada pemeriksaan harus diperhatikan kedalaman dari COA, bila kurang dari 2 mm dan iris kelihatan cembung, maka kemungkinan adanya penyakit glaukoma yaitu penyakit yang ditandai peninggian tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang normal 10 – 20 mm air raksa (10 – 20 mm Hg).
Iris dan Pupil. Iris dan pupil harus dilihat dengan jelas. Kekeruhan dari kornea akan menghambat pandangan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah warna, apakah ada perlengketan antara iris dan kornea (sinekia anterior), iris melengket pada lensa disebut (sinekoa posterior). Dengan adanya sinekia ini pupil tidak bulat, tidak berada ditengah,reaksi terhadap cahaya kurang.
Lensa. Lensa mata merupakan media refraksi penting pada mata dan merupakan organ bening tembus cahaya. Katarak dapat menyebabkan lensa menjadi keruh, terlihat warna abu-abu atau warna putih pada pupil. Untuk pemeriksaan lensa ini biasanya digunakan Slitlamp Biomikroskop, dan untuk melihat sampai retina digunakan Oftalmoskop.
Corpus pitreus adalah media refraksi yang penting bening agak kental yang berada dibelakang lensa. Kelainan pada corpus pitreus dapat berupa mencirnya, bisa akibat trauma atau terdapat sel-sel dan darah didalamnya yang melayang-layang akibat infeksi atau trauma dari jaringan disekitarnya yang menyebabkan adanya muscae volientes.
Retina. Bagian retina yang penting diperiksa adalah; Discus optik (papila nervus optikus), Makula, dan pembuluh-pembuluh darah. Kelainan yang terdapat pada retina dapat merupakan tanda khusus pada beberapa penyakit tertentu, misalnya hipertensi, DM, miopia, pada ibu hamil yang terjadi eklampsi.
Posisi mata. Posisi mata perlu diperiksa ukuran matanya. Bila ukuran itu lebih kecil dari normal disebut mikroftalmus atau bola mata agak masuk kedalam ruangan orbita disebut enoftalmus atau yang menonjol disebut exsoftalmus. Demikian pula dengan pergerakan mata kesegala arah perlu diperiksa.
Konfrontasi tes adalah suatu cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang pandang penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Hasilnya belum terlalu teliti. Untuk pemeriksaan yang paling teliti digunakan Perimeter. Untuk pemeriksaan tekanan bola mata digunakan Tonometer. Untuk pengukuran visus sentral dekat yaitu dengan menggunakan optotip Aegger. Untuk test pengenalan warna bisa digunakan Ishihara tes.
source : litearatur kesehatan mata
Pemeriksaan Diagnosik Mata
Pada garis besarnya pemerksaan diagnostik mata dibagi 2 besar, yaitu:
1. Pemeriksaan Subyektif
2. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan subyektif yaitu anamnesa: terdiri dari;
* Umur penderita penting diketahui bukan saja sebagai faktor penyebab dalam peru
bahan akibat ketuaan tetapi juga diperlukan untuk menolong seseorang menghadapi kenyataannya supaya ia merasa tenang. Untuk anak-anak prasekolah tidak begitu penting dilakukan koreksi mata dengan kornea mata hingga mencapai kemampuan penglihatan normal karena keperluannya dalam hal ini masih sangat kurang dibandingkan dengan usia sekolah/orang dewasa. Umur memegang peranan pula pada miopia yang progresif yang cenderung meningkat pada belasan tahun. Begitupun dengan meningkatnya usia maka perubahan yang terjadi pada mata yang sering dikenal ialah rabun tua (presbiopia). Terjadi pada usia tua menyebabkan daya penglihatan untuk jarak dekat terganggu karena menurunnya daya akomodasi. Hal ini disebabkan lensa mata menjadi lebih kaku atau elastisitas lensa berkurang. Kekeruhan pada lensa disebut katarak. Dapat juga terjadi akibat ketuaan yang disebut katarak senil yang disebabkan karena proses degenerasi.
* Pekerjaan ada hubungannya juga dengan keluhan penderita. Seseorang yang pekerjaannya terlibat dengan benda-benda kecil misalnya tukang arloji atau guru, atau siswa yang sering membaca dapat memberikan keluhan akibat kelelahan mata. Keluhannya misalnya sakit kepala, sering keluar air mata, rasa kabur.
Visus (Ketajaman Mata)
Penderita yang mengeluh kabur harus diketahui apakah kelainan itu telah lama berlangsung ataukah baru sekarang secara kebetulan. Dengan tertutupnya 1 mata maka diketahuilah mata yang lain kabur. Kemungkinan lain ialah penurunan ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Untuk pemeriksaan visus ini yang sering digunakan adalah optotype snellen (snallen card). Pemeriksaan pada jarak 5 meter. Untuk tuna aksara digunakan E test. Untuk anak-anak balita digunakan gambar-gambar huruf, bintang dan lain-lain. Interpretasi hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan yang normal adalah 5,5 meter. Artinya huruf/gambar yang telah dibuat pada optotype snellen dapat dikenal untuk jarak 5 meter. Jika ketajaman penglihatan tidak sampai pada batas tersebut maka penderita ini mempunyai kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kaca mata (lensa kontak).
Refraksi mata dibagi 2 yaitu:
1. Emetropia
2. Ametropia
Mikropsia dan Makropsia
o Mikropsia adalah penglihatan dimana benda menjadi lebih kecil dari ukuran sebenarnya, terjadi akibat adanya kelainan pada fovea. Keluhan penderita tersebut disebabkan sel-sel kerucut tersebar jauh satu sama lain karena adanya edema, tumor, atau pendarahan pada makula.
o Makropsia adalah penglihatan dimana benda yang dilihat menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya sebagai akibat dirapatkannya sel-sel kerucut lebih dekat satu sama lain; karena adanya edema, tumor, atau perdarahan pada fovea.
pots
pots adalah benda yang melayang terlihat sewaktu memandang suatu benda. Disebabkan karena adanya kekeruhan pada korpus
lapang Pandangan
Kelainan lapang pandangan dapat terjadi karena adanya kelainan tekanan intrakranial yang mempengaruhi jalannya syaraf optik atau serabut syaraf pada retina.
Rabun Senja (Light night blind)
Rabun senja atau buta senja bisa terjadi secara komenital atau terjadi belakangan, ini akibat
defesiensi vit A seperti pada penyakit xeroptalmia dan potofobia (takut melihat cahaya) dapat menyebabkan gangguan yang hebat pada seseorang. Fotofobia dapat terjadi pada keratitis (peradangan pada kornea) dan iritis (infeksi pada iris).
Nyeri kepala pada waktu bangun pagi dan hilang tidak lama kemudian. Hal ini jarang disebabkan oleh karena gangguan mata.
Sebaliknya sakit kepala yang terjadi menjelang berakhirnya pekerjaan dimana diperlukan pemakaian mata yang lebih teliti dan keluhan tersebut berkurang bahkan hilang setelah isterahat/tidur, maka keadaan ini umumnya karena gangguan mata.
Diplopia dan Vertigo
Sering sukar dibedakan dengan vertigo jika tidak dibuatkan anamnese yang teliti. Jika ada keluhan diplopia, maka perlu diketahui kapan timbulnya, apakah keadaan ini konstan atau menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu. Diplopia monokuler terjadi akibat perubahan letak lensa, kelainan makula, simulasi, histeri sebagai manifestasi neorologis. Vertigo yang dikeluhkan penderita ialah seakan-akan bahwa benda-benda yang dilihat berputar-putar mengelilingi penderita tersebut. Terjadinya serangan ini tiba-tiba seperti bangun secara mendadak dari berbaring atau perubahan posisi kepala atau otot leher secara mendadak. Keadaan ini biasanya disebabkan anemis sereval (kekurangan darah diotak) atau adanya gangguan nervus 8 atau nervus simpatikus. Pada anamnesa perlu ditanyakan juga penyakit-penyakit yang pernah diderita misalnya penyakit gula, darah tinggi dan lain-lain.
Pemeriksaan objektif
Ialah pemeriksaan yang didapat melalui hasil penelitian pada penderita misalnya mata penderita merah, palpebra odema dan lain-lain.
Pemeriksaan obyektif pada palpebra. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan adalah bengkak pada satu atau kedua palpebra bengkak dan nyeri pada satu kelopak mata menandakan kemungkinan adanya abses sedangkan jika bila terjadi bilateral kemungkinan ialah alergi atau adanya infeksi pada kelopak mata yang disebut blefaritis (radang pada kelopak mata) atau pada penderita dengan hipertiroid (suatu kelainan gondok)
Warna. Perubahan warna pada mata atau jaringan kelopak mata dapat terjadi karena infeksi misalnya konjuntivitis dan dan keratitis (radang pada konjungtiva ) dan ( radang pada kornea). Glaukoma adalah penyakit akibat adanya tekanan bola mata yang meningkat. Perubahan warna dapat juga kita lihat pada penyakit kuning (hepatitis) tetapi tidak yang semua berwarna kuning akibat hepatitis namun bisa juga akibat keracunan obat malaria. Warna merah selain karena infeksi pada mata dapat pula terjadi karena resapan udara konjungtiva karena trauma atau batuk-batuk yang hebat yang disebut konjungtiva bliding. Trauma mata dapat menyebabkan terdapatnya darah dalam bilik mata depan yang disebut Hifema. Adanya nanah/pus dalam bilik mata depan disebut Hipopion. Bilik mata depan (camera okuli anterior). Ruangan pada bagian sentral biasanya disebut katarak (kekeruhan pada lensa). Warna putih juga dapat dilihat pada bagian kornea sebagai jaringan parut akibat luka atau infeksi kornea yang telah sembuh (Sipatriks yang berwarna putih).
Sekresi. Sekresi pada mata harus diketahui macam dan jumlah sekresi yang terjadi jika sekresi berair tanpa mata merah dan nyeri biasanya disebut Epifora (produksi air mata yang belebihan). Sekret purulen (sekret yang bernanah) disebabkan karena infeksi bakteri.
Sekret akibat alergi biasanya banyak Eosinofil. Untuk itu pemeriksaan Lab diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan sekret mata biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu:
§ Pemeriksaan secara langsung
§ Pembiakan kuman
Pemeriksaan saluran air mata dapat diadakan dengan irigasi dari kanakuli lakrimalis (saluran air mata) dan ductus lakrimalis (kantong air mata). Untuk melihat tanda-tanda yang lain dilakukan insfeksi selanjutnya dengan melihat kelopak mata, kornea, sklera dan aparatus lakrimalis. Pemisahan pertama yaitu melihat kulit kelopak mata apakah ada kelainan misalnya bengkak, dan merah, abses, hordeolum eksterna (mata merah dan benjol keluar), dan yang lainnya proptosis (mata menonjol kedepan) atau biasa juga disebut exoftalmus. Proptosis bisa juga disebabkan oleh tumor dalam bola mata, penyakit gondok pada hipertiroid. Bola mata yang kempes disebut Ptisis bulbi.
Kelopak mata. Silia dan kelopak mata harus pula diperiksa kemungkinan adanya trichiasis ( silia yang terputar kedalam bola mata) atau Distichiasis (bulu mata tumbuh bukan pada tempatnya). Entropion (selain bola mata kelopak mata juga masuk kedalam). Ektropion (selain bola mata kelopak mata juga melipat keluar). Ptosis (kelopak mata turun kebawah). Lagostalmus (kelopak mata terbuka terus).
Kornea. Yang perlu diperhatikan pada kornea adalah diameter dan kejernihannya. Diameter yang lebih dari 12 mm (normal 9 – 12 mm) disebut megalokornea. Sebaliknya kornea yang kecil pada orang dewasa kurang dari 9 mm disebut mikrokornea. Kornea yang normal permukaannya licin, teratur dan menyerupai cermin, iris dapat dilihat dari segala arah dengan jelas.
Camera okuli anterior (COA) atau bilik mata depan, ruangan ini dibatasi pada bagian depan oleh kornea dan bagian belakang oleh iris. Pada keadaan normal jarak antara kornea dan iris adalah 3 mm. Pada pemeriksaan harus diperhatikan kedalaman dari COA, bila kurang dari 2 mm dan iris kelihatan cembung, maka kemungkinan adanya penyakit glaukoma yaitu penyakit yang ditandai peninggian tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang normal 10 – 20 mm air raksa (10 – 20 mm Hg).
Iris dan Pupil. Iris dan pupil harus dilihat dengan jelas. Kekeruhan dari kornea akan menghambat pandangan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah warna, apakah ada perlengketan antara iris dan kornea (sinekia anterior), iris melengket pada lensa disebut (sinekoa posterior). Dengan adanya sinekia ini pupil tidak bulat, tidak berada ditengah,reaksi terhadap cahaya kurang.
Lensa. Lensa mata merupakan media refraksi penting pada mata dan merupakan organ bening tembus cahaya. Katarak dapat menyebabkan lensa menjadi keruh, terlihat warna abu-abu atau warna putih pada pupil. Untuk pemeriksaan lensa ini biasanya digunakan Slitlamp Biomikroskop, dan untuk melihat sampai retina digunakan Oftalmoskop.
Corpus pitreus adalah media refraksi yang penting bening agak kental yang berada dibelakang lensa. Kelainan pada corpus pitreus dapat berupa mencirnya, bisa akibat trauma atau terdapat sel-sel dan darah didalamnya yang melayang-layang akibat infeksi atau trauma dari jaringan disekitarnya yang menyebabkan adanya muscae volientes.
Retina. Bagian retina yang penting diperiksa adalah; Discus optik (papila nervus optikus), Makula, dan pembuluh-pembuluh darah. Kelainan yang terdapat pada retina dapat merupakan tanda khusus pada beberapa penyakit tertentu, misalnya hipertensi, DM, miopia, pada ibu hamil yang terjadi eklampsi.
Posisi mata. Posisi mata perlu diperiksa ukuran matanya. Bila ukuran itu lebih kecil dari normal disebut mikroftalmus atau bola mata agak masuk kedalam ruangan orbita disebut enoftalmus atau yang menonjol disebut exsoftalmus. Demikian pula dengan pergerakan mata kesegala arah perlu diperiksa.
Konfrontasi tes adalah suatu cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang pandang penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Hasilnya belum terlalu teliti. Untuk pemeriksaan yang paling teliti digunakan Perimeter.
Untuk pemeriksaan tekanan bola mata digunakan Tonometer.
Untuk pengukuran visus sentral dekat yaitu dengan menggunakan optotip Aegger. Untuk test pengenalan warna bisa digunakan Ishihara tes.
Filed under: Kesehatan Mata | Leave a comment »