Penyakit dan Gejalanya yang bisa dilihat dari kondisi mata

Kalo ada istilah “Mata gak bisa berbohong ”  . Hal itu benar sekali , karena banyak penelitian yang menunjukan  bahwa kita dapat mendiagnosa beberapa penyakit dengan  melihat kondisi matanya  antara lain :

Hipertensi:

Hipertensi / tekanan darah Tinggi : kondisi ini menempatkan beban tambahan pada jantung dan pembuluh darah meningkatkan resiko serangan jantung atau stroke
Gejala dilihat dari mata : Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di retina. Para ahli optik akan melihat gigitan di pembuluh darah di mana mereka saling silang atau perdarahan di belakang retina mata.

Kolesterol Tinggi:

KOLESTEROL TINGGI : Apa itu? Kolesterol merupakan zat lemak dalam darah yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
Gejala yang dilihat pada mata : Potongan-potongan kolesterol dapat melepaskan diri dari deposit dalam tubuh dan menuju kedalam pembuluh darah retina. Para ahli optik akan melihat penyumbatan kecil berwarna kekuningan di pembuluh darah arteri. Terlihat juga garis putih tipis berwarna yang melingkari bagian dari mata – iris – karena kolesterol terdeposit dalam mata.

Tumor Otak:

Tumor Otak : Apa itu? Tumor adalah pertumbuhan jaringan yang dapat menyebabkan kanker (ganas) atau non-kanker (jinak).
Gejala yang dilihat pada mata : Pembengkakan saraf optik dapat menjadi tanda kemungkinan tumor otak.

Penyakit Tiroid:

Penyakit tiroid : Apa itu? Kelenjar tiroid di leher menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme. Penyakit dapat diebabkan olehs sesuatu yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, tergantung permasalahannya.
Gejala pada mata : Gejala penyakit tiroid bisa dilihat dari bola mata yang melotot atau menonjol.

Multiple Sclerosis:

Multiple Sclerosis : (MS) Apakah itu? MS adalah kecacatan neurologis yang dapat menyebabkan berbagai gejala kelelahan untuk masalah memori.
Gejala dilihat pada mata : terdapat pembengkakan pada saraf optik, penglihatan kabur dan kepekaan terhadap cahaya.
Diabetes:
DIABETES : Apa itu? Diabetes disebabkan oleh karena terlalu banyak gula dalam darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan penyakit ginjal.

Gejala dilihat dari mata :Tinggi kadar gula darah merusak pembuluh darah kecil di retina, menyebabkan kebocoran darah dan lemak.

Stroke:

STROKE : Apa itu? Stroke disebabkan baik oleh penyumbatan atau pendarahan di otak – pasien mungkin memiliki serangkaian stroke kecil tanpa menyadarinya sebelum penderitaan besar yang dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian.

Gejala pada mata : Pengujian akan mengungkapkan gumpalan atau partikel kecil dari kolesterol bergerak melalui pembuluh darah di retina saat pemeriksaan mata, yang dapat menunjukkan bahwa seseorang mungkin telah mengalami stroke.

source : http://www.iklan-mudah.com/forum/Penyakit-dan-Gejalanya-yang-bisa-dilihat-dari-kondisi-mata

Penyakit Mata dalam Keadaan Darurat

  • Dalam setiap cabang ilmu kedokteran kita mengenal keadaan darurat, demikian juga dalam ilmu penyakit mata.
  • Dalam keadaan ini perlu tindakan yang secepat-cepatnya, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Dalam keadaan-keadaan yang mendadak pada mata yang mendorong penderita mencari pertolongan, umumnya dibagi 3 golongan besar, yaitu:
    • ØKekaburan yang tiba-tiba
    • ØMata yang menonjol dengan tiba-tiba
    • ØTrauma mata

KEKABURAN YANG TIBA-TIBA

  • Diartikan bahwa kalau sebelumnya penderita merasa sehat benar dimana termasuk ketajaman penglihatan baik, tiba-tiba mendadak sakit mata dengan gejala utama kekaburan penglihatan dengan tiba-tiba.
  • Beberapa contoh penyakit:
  1. 1. Iritis

Adalah peradangan pada iris yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa dll.

Gejala dan tanda-tanda:

–     Selain kabur juga terasa sakit dalam bola mata, apalagi kalau ditekan.

–     Mata merah, berair, injeksi perikornea, keratik presipitat, pupil mengecil dan kadang-kadang tepinya ireguler, sinekia, oklusi & seklusi pupil.

Perawatan/pengobatan:

*        Tetes mata sulfas atropine 0,5%

*        Antibiotika: Topikal, oral/injeksi

*        Kortikosteroid: Topikal, oral

*        Analgetik.

  1. 2. Radang Syaraf Optic

v Untuk mendiagnosa penyakit ini melalui pemeriksaan fundus okuli dengan oftalmoskop.

v Gambaran fundus: Papil kongesti, kabur dengan batas tidak jelas, warna merah ke abu-abuan, perdarahan peripapil.

v Gejala mata kabur tiba-tiba dengan lapang pandangan yang mengecil.

v Penyebab:

–      Radang dalam mata sendiri yang memberikam komplikasi pada saraf optic.

–      Toksin-toksin.

v Perawatan/pengobatan:

  1. Perawatan di RS
  2. Pemberian kortikosteroid secara sistematik
  3. AB
  4. Vitamin                                                                                                                                                                                                                    1.    3. Okuli Vena Sentral Retina
  • Pembuluh darah vena sentral retina tersumbat.
  • Dapat dilihat melalui pemeriksaan fundus okuli dengan Oftalmokop.
  • Penyebab: Flebosklerosis, endoflebitis dengan penyempitan pembuluh darah, hipertensi, DM, hypercholesterol.
  • Gejala & tanda-tanda:

–      Visus menurun dengan cepat & tiba-tiba  dan biasanya mengenai satu mata, penularan virus bisa sampai 1/300 – 1/tak terhingga.

–      Gambaran fundus adanya perdarahan-perdarahan pembuluh darah vena berkelok-kelok dan melebar, arteri umumnya menyempit, papil edema batas tidak jelas.

  • Pengobatan:

* Dengan obat-obat Antikoagulant

* Pengobatan hipertensi, DM & hipercholesterol.

* Laser fatokogulation.

  • Prognosa: jelek
  1. 4. Oklusi Arteri Sentral Retina

*        Pembuluh darah arteri sentral retina tersumbat.

*        Penyebab: trombosis, emboli atau spasme dari dinding arteri seperti penyakit hipertensi, sifilis, rheumatic dll.

*        Gejala & tanda-tanda:

–  Penglihatan hilang secara mendadak pada satu mata sampai visus 0 = nol

–  Gambaran fundus menjadi pucat.

*        Pengobatan: Massage bola mata, diamox, vasodilatasi.

*        Prognosa: jelek.

  1. 5. Ablasio Retina
  • Keadaan dimana sebagian lapisan retina yang terdiri dari sel batang & sel kerucut terlapis dari epitelpigmen.
  • Penyebab: Radang koroid, tumor dalam koroid, perdarahan korpus vitreus, trauma mata, myopia berat, wanita hamil dengan eklampsia.
  • Gejala dan tanda-tanda:

–  Gejala dini: Floaters, otopsia

– Kekaburan mendadak, dapat sebagian lapang pandangan atau seluruhnya tergantung daerah mana dari retina yang mengalami ablasi.

–  Visus menurun tanpa rasa nyeri.

– Gambaran fundus berupa lipatan yang berwarna kelabu & berada di depan kearah korpus vitreus.

  • Perawatan/pengobatan:

*  MRS

*  Penentuan jenis tindakan:

–  Fatokogulasi.

–  Scleral buckle.

*  Penting: Diagnosa dini — rujuk ke rumah sakit.

  1. 6. Perdarahan Dalam Bola Mata

v Penyebab: Trauma mata, DM, Hipertensi.

v Diagnosa dapat ditegakkan kalau ditemukan adanya perdarahan:

–  COA — Hipemia — senter.

–  Korpus vitreus & retina — oftalmoskop & slitlamp.

HIFEMA AKIBAT TRAUMA TUMPUL

  • Perdarahan di COA yang berasal dari iris atau badan siliaris.
  • Anamnesis & gejala klinis:

– Riwayat truma

– Subyektif: Nyeri disertai visus menurun.

– Obyektif: Injeksi perikornea, visus menurun, hifema.

  • Cara pemeriksaan:

* Anestesi local bila ada blefarospasme.

* Pemeriksaan segmen anterior dengan lampu senter & loupe, slitlamp.

  • Penatalaksanaan:

Konservatif:

* Tirah baring dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan.

* Bebat mata.

* Obat anti perdarahan.

* Analgetik.

* Obat-obat penenang

* Tetes mata antibiotic — bila ada tanda-tanda infeksi.

Operatif:

* Parasentese

MATA YANG MENDADAK MENONJOL

  • Keadaan ini sangat menggelisahkan penderita.
  • Disamping mata yang meninjol sering di sertai juga dengan visus yang menurun, pusing & sakit kepala serta diplopia.
  • Penyakit yang dapat menyebabkan:
  1. Hematoma
  2. Sellulitis orbita akut.
  3. Trombosis sinus kavernosus.
  • Hematoma Retrobulbaris:

–  Keadaan dimana terjadi perdarahan di belakang bola mata akibat trauma tumpul.

–  Penonjolan bola mata timbul dengan cepat, gerakan bola mata terganggu, diplopia & visus umumnya tetap baik.

–  Pengobatan: Obat anti perdarahan, Analgetik & isterahat.

  • Selulitis Orbita Akut
    • Suatu keadaan akut dari jaringan orbita yang disebabkan oleh kuman.
    • Kuman yang sering menyebabkan sinusitis atau dakrioadenitis seperti pneumokok, streptokok atau stafilokok.
    • Infeksi dapat terjadi secara langsung dari radang sinus paranasalis, melalui pembuluh darah & trauma terutama bila ada benda asing yang masuk ke jaringan orbita.
    • Gejala klinis:

–      Nyeri.

Nyeri orbita terutama dirasakan penderita pada perabaan & pergerakan bola mata.

–      Palpebra bengkak & merah.

–      Penurunan visus

–      Proptosis

–      Gangguan pergerakan bola mata

–      Diplopia

–      Panas badan.

  • Penatalaksanaan:

–      Isterahat total

–      AB spectrum luas

–      Infeksi local dicari dan diobati

–      Insisi abses pada tempat fluktuasi

  • § Trombosis Sinus Cavernosus
  • Lepasnya thrombus dalam aliran darah yang berasal dari suatu infeksi ke daerah sinus cavernosus.
  • Gejala: Penonjolan kedua bola mata dengan mendadak dan timbulnya nanah di daerah kelopak mata & hidung.
  • Pengobatan: Antibotika yang tepat.

TRAUMA MATA

  1. 1. Trauma Mata tanpa Perforasi

*        Dapat menyebabkan penurunan visus oleh karena dapat terjadi hifema, subluksasi atau luksasi lensa, kekeruhan lensa, perdarahan di korpus vitreus, komotio/kontusio sampai ablasi retina.

*        Untuk itu setiap trauma mata tanpa perforasi perlu mendapat pemeriksaan & perawatan yang seksama, untuk mencegah komplikasi yang tidak di inginkan.

  1. 2. Trauma Perforasi

–     Bisa melalui kornea maupun sclera.

–     Iris sebagian akan keluar & terjepit dalam luka ini, ada kalanya lensa atau korpus vitreus ikut keluar.

–     Bersamaan dengan benda tajam masuklah benda asing disamping macam-macam kuman ke dalam mata.

–     Akhirnya bisa terjadi endoftalmitis sampai panoftalmitis.

–     Penatalaksanaan:

* Penanganan secepatnya.

* Pinsip: Mempertahankan bola mata, dimana tiap kebocoran harus dijahit.

–     Setiap jaringan yang keluar digunting atau dibuang.

–     Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dapat diberikan AB tetes mata tiap jam & AB sub konjungtiva.

  1. 3. Korpus Alienum
  • Dapat berupa:

– Jenis metalik: Fe, Pb, Al, Cu, dll.

– Non metalik: Kayu, kaca, kapur, dll.

  • Dapat ditemukan:

* Diluar bola mata: kornea, konjungtiva, atau palpebra.

* Didalam bola mata

  • Sering korpus alienum logam di kornea:

* Serbuk besi ketika memakai gerinda mesin atau percikan dari las dengan kecepatan yang cukup tinggi dan secara mendadak tertananam dan melukai kornea.

  • Anamnesis dan gejala klinis:

*        Subyektif:

Penderita mengeluh dengan adanya benda asing yang masuk ke mata.

*        Obyektif:

Pelebaran pembuluh darah perikornea, corpus alienum.

Visus menurun atau normal.

  • Cara pemeriksaan:

*        Anestesi local dengan pantocain tetes 2%.

*        Pemeriksaan dengan lampu senter dan loupe atau dengan slitlamp.

  • Penatalaksanaan.

*        Anestesi local dengan pantocain tetes 2%.

*        Pasang speculum mata.

*        Pengeluaran corpus alienum dengan:

–  Kapas lidi steril.

– Ujung jarum suntuik No. 25.

*        Pemberian AB salep mata.

*        Bebat mata.

  1. 4. Trauma Kimia

v Dapat disebabkan bahan asam atau basa.

v Bahan asam yang mengenai kornea akan mengadakan presipitasi dengan jaringan protein di sekitarnya.

v Adanya daya Bufer dari jaringan protein serta presipitasi yang menyebabkan kecenderungan untuk melokalisir kerusakan.

v Bahan basa yang mengenai kornea akan bergabung dengan lemak dari sel membrane, sehingga terjadi kerusakan total dari sel di ikuti koagulasi & pelunakan jaringan.

Cepat terjadi pentrasi.

v Anamnesis & gejala klinis

–      Subyektif:

Penderita mengeluh adanya bahan kimia asam atau basa yang mengenai mata disertai rasa nyeri, berair atau silau.

–      Obyektif:

* Pelebaran pembuluh darah perokornea.

* Edema kornea.

* Nekrosis konjungtiva & sclera tergantung berat ringan keadaan.

* Tergantung penyebab. Bila bahan asam biasanya terjadi presipitasi sehingga kerusakan terbatas pada konjungtiva kornea.

Bila bahan basa dapat terjadi nekrose konjungtiva dan kornea.

v Penatalaksanaan:

  • Anestesi local dengan pantokain tetes mata 2%.
  • Irigasi dengan cairan fisiologis, air masak.
  • Irigasi selain pada permukaan kornea juga pada forniks superior & inferior.
  • Bila ada sisa bahan kimia dapat dibersihkan dengan kapas lidi.
  • Irigasi minimal satu liter untuk masing-masing mata.
  • Untuk bahan asam irigasi dilakukan sampai ½ jam, bahan basa sampai satu jam.
  • Obat-obatan:

* Sulfas atropine 2% satu tetes.

* AB untuk mencegah infeksi sekunder.

source : literatur kesehatan mata

Basis Pengetahuan Dalam CDSS (SPKK)

Salah satu bagian terpenting dalam spkk adalah basis pengetahuan . Basis pengetahuan medis adalah kumpulan pengetahuan medis yang terorganisasi secara sistematis yang dapat diakses secara elektronis dan dapat diinterpretasikan oleh komputer. Basis Pengetahuan medis dapat diperoleh dari literatur-literatur medis (pengetahuan terdokumentasi), atau berasal dari para pakar pada domain tertentu (pengalaman klinis).

Untuk yang berbasis Literatur-literatur seperti jurnal-jurnal  ilmiah atau sejenis nya  terkhusus untuk ‘eye medical’ dapat anda temukan di http://dds.medflow.com/ . medflow adalah layanan berlangganan internet berbasis profesional yang menyediakan perawatan dengan mata yang paling up to date dan informasi yang akurat tentang diagnosis kondisi mata. Konten untuk DDS dikumpulkan dari berbagai sumber daya dihormati termasuk okuler Diferensial Diagnosis dan okuler Syndromes dan Penyakit sistemik.

Dengan demikian bagi yang ingin membuat system DSS untuk kesehatan mata yang basis pengetahuan berdasarkan literatur dari pra pakar dapat mencarinya kesitus tersebut , semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian .

SEE-GRID A Grid-Based Medical Decision Support System for Eye Muscle Surgery

SEE-GRID didasarkan pada sistem perangkat lunak SEE + + untuk simulasi biomekanis dari mata manusia. Tujuan SEE-GRID adalah memperluas SEE + + dalam beberapa langkah dalam rangka mengembangkan alat grid berbasis efisien untuk ” Evidence Based Medicine “, yang mendukung ahli bedah dalam memilih Optimal teknik operasi untuk pengobatan gangguan motilitas mata tertentu. Pertama, kami telah mengembangkan sebuah-enabled versi grid simulasi dari tes-Lancaster Hess, yang merupakan pemeriksaan medis oleh yang patologi pasien dapat diperkirakan. Berdasarkan ini, kami bekerja di pas patologi algoritma yang mencoba memberi estimasi cukup dekat dengan alasan yang patologis dari ketertiban. Selain itu, kami sudah mulai mengembangkan grid diaktifkan didistribusikan database mana baik yang nyata dan kasus-kasus patologis disimulasikan dapat dikumpulkan, disusun dan dievaluasi untuk meningkatkan baik kemudian patologi pas perhitungan dan perawatan medis di masa depan.

source :

Bosa Karoly and friends .2006. SEE-GRID A Grid-Based Medical Decision Support System for Eye Muscle Surgery. Austria

Kelainan-Kelainan Mata

Kelainan Refraksi

  1. Miopia

Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan mata pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar – sinar yang datang dibiaskan didepan retina. Pada  miopia titik fokus sistem optik media penglihatan terletak didepan makula lutea. Hal ini disebabkan sistem optik atau pembiasan terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata terkaku panjang disebut miopia axial atau sumbu. Pasien dengan miopia akan menyatakan/memberi keluhan melihat jelas bila dekat dan melihat jauh kabur (rabun jauh). Pasien miopia mempunyai punctum rematum yang dekat, sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, mata penderita akan melihat juling kedalam (Esotropia).

Derajat Miopia

  • Derajat ringan 1 – 3 dioptri
  • Derajat sedang 3 – 6 dioptri
  • Derajat berat 6 – 10 dioptri

Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada retina. Seperti degenerasi makula, regenerasi retina bagian perifer dan miopik cresent pada papil syaraf optik. Pengobatan pasien dengan miopia adalah memberikan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Selain sferis negetif dapat digunakan lensa kontak. Penyakit/komplikasi dengan pasien miopia adalah ablasi retina (terlepasnya syaraf pada retina) dan strabismus (juling). Juling yang terjadi biasanya juling kedalam atau Esotropia ini akibat mata berkonfrensi terus menerus.

  1. Hipermetropia

Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan kemakula lutea (bintik kuning) dapat disebabkan oleh karena pembiasan lemah disebut hipermetropia refrektif. Akibat sumbu mata terlalu pendek disebut hipermetropia axial. Pasien hipermetrop sering disebut rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh lelah dan sakit karena terus – menerus akan berakomodasi. Untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak dibelakang makula agar terletak dimakula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus – menerus berakomodasi maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia. Pada pasien dengan hipermetropia diberikan kacamata sferis positif terkuat atau yang terbesar yang masih mempunyai tajam penglihatan maksimal. Pada pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Sedangkan pada usia lanjut akan memberikan keluhan berupa sakit kepala, mata terasa perih dan tertekan.

  1. Astigmatisma

Astigmatisma adalah keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekua

tan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. Untuk memperbaiki kelainan ini diberikan lensa silinder.

  1. Presbiopia

Dengan bertambahnya usia maka lensa akan mengalami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembungnya lensa akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh akan tetap normal. Presbiopia ini akan berjalan progresif sesuai dengan bertambahnya umur/usia. Gangguan akomodasi pada usia lanjut yang disebut presbiopia terjadi karena:

  • Kelemahan otot akomodasi
  • Lensa mata menjadi tidak kenyal/berkurang elastisnya akibat sclerosis lensa.

Akibat gangguan akomodasi ini maka pasien yang berusia lebih 40 tahun akan memberikan keluhan setelah membaca berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih. Pada pasien presbiopia diperlukan lensa positif sebagai kacamata baca untuk membaca dekat dengan kekuatan biasanya pada usia 40 tahun +1dioptri (plus satu dioptri), pada usia 45 tahun + 1,5 dioptri, untuk usia 50 tahun + 2 dioptri, untuk usia 55 tahun + 2,5 dioptri, pada usia 60 tahun + 3 dioptri.

  1. Afakia

Afakia adalah suatu keadaan mata tidak mempunyai lensa akibat lensa

dikeluarkan pada operasi katarak. Sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi.

Setelah operasi katarak dan dipasang lensa (lensa tanam) disebut intra okuler lensa (IOL) yang disebut pseudofakia.

Kelainan – kelainan pada kelopak mata

  1. 1. Hordeolum

Hordeolum merupakan peradangan supuratif (bernanah) kelenjar yang terdapat pada kelopak mata. Kuman yang merupakan penyebab hordeolum biasanya stapilococ. Hordeolum  dikenal dalam 2 bentuk:

  • o Hordeolum interna yaitu peradangan kelenjar meibom dengan penonjolan terutama kedaerah konjungtiva tarsal.
  • o Hordeolum eksterna yaitu peradangan pada kelenjar zeis atau moll dengan penonjolan terutama kedaerah kulit kelopak.

Hordeolum memberikan gejala radang pada mata seperti: bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri jika ditekan.

Pengobatan:

Dengan memberikan antibiotika lokal (tetes mata) dan sistemik (oral). Kadang – kadang perlu dilakukan insisi untuk mengeluarkan nanah.

  1. 2. Kalazion

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi peyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan gejala pada kelopak mata tidak merah atau tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan. Kalazion bisa sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi. Apabila tidak diabsorbsi dilakukan ekstirpasi (pengangkatan pada pembedahan).

  1. 3. Herpes Zoster Optalmik

Merupakan menifestasi infeksi virus herpes zoster pada ganglion gaseri syaraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftlamik maka akan terlihat gejala – gejala herpes zoster pada mata. Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang kena dan badan terasa hangat. Pada kelopak mata akan terlihat vesikel (benjolan kecil merah).

  1. 4. Xantelasma

Merupakan bentuk degenerasi lemah pada kulit kelopak mata bawah atau atas sehingga memberi gambaran seperti kupu – kupu yang berwarna kuning jingga pada kelopak mata. Kelainan ini berhubungan erat dengan kadar kolesterol dalam serum. Pengobatan: Didasarkan akibat kosmetik kemudian dilakukan ekstirpasi (diangkat)

source : literatur kesehatan mata

PEMERIKSAAN DIAGNOSIK MATA

Pemeriksaan Diagnosik Mata

Pada garis besarnya pemerksaan diagnostik mata dibagi 2 besar, yaitu:

  1. Pemeriksaan Subyektif
  2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan subyektif yaitu anamnesa: terdiri dari;

* Umur penderita penting diketahui bukan saja sebagai faktor penyebab dalam peru

bahan akibat ketuaan tetapi juga diperlukan untuk menolong seseorang menghadapi kenyataannya supaya ia merasa tenang. Untuk anak-anak prasekolah tidak begitu penting dilakukan koreksi mata dengan kornea mata hingga mencapai kemampuan penglihatan normal karena keperluannya dalam hal ini masih sangat  kurang dibandingkan dengan usia sekolah/orang dewasa. Umur memegang peranan pula pada miopia yang progresif yang cenderung meningkat pada belasan tahun. Begitupun dengan meningkatnya usia maka perubahan yang terjadi pada mata yang sering dikenal ialah rabun tua (presbiopia). Terjadi pada usia tua menyebabkan daya penglihatan untuk jarak dekat terganggu karena menurunnya daya akomodasi. Hal ini disebabkan lensa mata menjadi lebih kaku atau elastisitas lensa berkurang. Kekeruhan pada lensa disebut katarak. Dapat juga terjadi akibat ketuaan yang disebut katarak senil yang disebabkan karena proses degenerasi.

* Pekerjaan ada hubungannya juga dengan keluhan penderita. Seseorang yang pekerjaannya terlibat dengan benda-benda kecil misalnya tukang arloji atau guru, atau siswa yang sering membaca dapat memberikan keluhan akibat kelelahan mata. Keluhannya misalnya sakit kepala, sering keluar air mata, rasa kabur.

Visus (Ketajaman Mata)

Penderita yang mengeluh kabur harus diketahui apakah kelainan itu telah lama berlangsung ataukah baru sekarang secara kebetulan. Dengan tertutupnya 1 mata maka diketahuilah mata yang lain kabur. Kemungkinan lain ialah penurunan ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Untuk pemeriksaan visus ini yang sering digunakan adalah optotype snellen (snallen card). Pemeriksaan pada jarak 5 meter. Untuk tuna aksara digunakan E test. Untuk anak-anak balita digunakan gambar-gambar huruf, bintang dan lain-lain. Interpretasi hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan yang normal adalah 5,5 meter. Artinya huruf/gambar yang telah dibuat pada optotype snellen dapat dikenal untuk jarak 5 meter. Jika ketajaman penglihatan tidak sampai pada batas tersebut maka penderita ini mempunyai kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kaca mata (lensa kontak).

Refraksi mata dibagi 2 yaitu:

  1. Emetropia
  2. Ametropia

Mikropsia dan Makropsia

  • Mikropsia adalah penglihatan dimana benda menjadi lebih kecil dari ukuran sebenarnya, terjadi akibat adanya kelainan pada fovea. Keluhan penderita tersebut disebabkan sel-sel kerucut tersebar jauh satu sama lain karena adanya edema, tumor, atau pendarahan pada makula.
  • Makropsia adalah penglihatan dimana benda yang dilihat menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya sebagai akibat dirapatkannya sel-sel kerucut lebih dekat satu sama lain; karena adanya edema, tumor, atau perdarahan pada fovea.

pots

pots adalah benda yang melayang terlihat sewaktu memandang suatu benda. Disebabkan karena adanya kekeruhan pada  korpus

lapang Pandangan

Kelainan lapang pandangan dapat terjadi karena adanya kelainan tekanan intrakranial yang mempengaruhi jalannya syaraf optik atau serabut syaraf pada retina.

Rabun Senja (Light night blind)

Rabun senja atau buta senja bisa terjadi secara komenital atau terjadi belakangan, ini akibat

defesiensi vit A  seperti pada penyakit xeroptalmia dan potofobia (takut melihat cahaya) dapat menyebabkan gangguan yang hebat pada seseorang. Fotofobia dapat terjadi pada keratitis (peradangan pada kornea) dan iritis (infeksi pada iris).

Nyeri  kepala pada waktu bangun pagi dan hilang tidak lama kemudian. Hal ini jarang  disebabkan oleh karena gangguan mata.

Sebaliknya sakit kepala yang terjadi menjelang berakhirnya pekerjaan dimana diperlukan pemakaian mata yang lebih teliti dan keluhan tersebut berkurang bahkan hilang setelah isterahat/tidur, maka keadaan ini umumnya karena gangguan mata.

Diplopia dan Vertigo

Sering sukar dibedakan dengan vertigo jika tidak dibuatkan anamnese yang teliti. Jika ada keluhan diplopia, maka perlu diketahui kapan timbulnya, apakah keadaan ini konstan atau menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu. Diplopia monokuler terjadi akibat perubahan letak lensa, kelainan makula, simulasi, histeri sebagai manifestasi neorologis. Vertigo yang dikeluhkan penderita ialah seakan-akan bahwa benda-benda yang dilihat berputar-putar mengelilingi penderita tersebut. Terjadinya serangan ini tiba-tiba seperti bangun secara mendadak dari berbaring atau perubahan posisi kepala atau otot leher secara mendadak. Keadaan ini biasanya disebabkan anemis sereval (kekurangan darah diotak) atau adanya gangguan nervus 8 atau nervus simpatikus. Pada anamnesa perlu ditanyakan juga penyakit-penyakit yang pernah diderita misalnya penyakit gula, darah tinggi dan lain-lain.

Pemeriksaan objektif

Ialah pemeriksaan yang didapat melalui hasil penelitian pada penderita misalnya mata penderita merah, palpebra odema dan lain-lain.

Pemeriksaan obyektif pada palpebra. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan adalah bengkak pada satu atau kedua palpebra bengkak dan nyeri pada satu kelopak mata menandakan kemungkinan adanya abses sedangkan jika bila terjadi bilateral kemungkinan ialah alergi atau adanya infeksi pada kelopak mata yang disebut blefaritis (radang pada kelopak mata) atau pada penderita dengan hipertiroid (suatu kelainan gondok)

Warna. Perubahan warna pada mata atau jaringan kelopak mata dapat terjadi karena infeksi misalnya konjuntivitis dan dan keratitis (radang pada konjungtiva ) dan ( radang pada kornea). Glaukoma adalah penyakit akibat adanya tekanan bola mata yang meningkat. Perubahan warna dapat juga kita lihat pada penyakit kuning (hepatitis) tetapi tidak yang semua berwarna kuning akibat hepatitis namun bisa juga akibat keracunan obat malaria. Warna merah selain karena infeksi pada mata dapat pula terjadi karena resapan udara konjungtiva karena trauma atau batuk-batuk yang hebat yang disebut konjungtiva bliding. Trauma mata dapat menyebabkan terdapatnya darah dalam bilik mata depan yang disebut Hifema. Adanya nanah/pus dalam bilik mata depan disebut Hipopion. Bilik mata depan (camera okuli anterior). Ruangan pada bagian sentral biasanya disebut katarak (kekeruhan pada lensa). Warna putih juga dapat dilihat pada bagian kornea sebagai jaringan parut akibat luka atau infeksi kornea yang telah sembuh (Sipatriks yang berwarna putih).

Sekresi. Sekresi pada mata harus diketahui macam dan jumlah sekresi yang terjadi jika sekresi berair tanpa mata merah dan nyeri biasanya disebut Epifora (produksi air mata yang belebihan). Sekret purulen (sekret yang bernanah) disebabkan karena infeksi bakteri.

Sekret akibat alergi biasanya banyak Eosinofil. Untuk itu pemeriksaan Lab diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan sekret mata biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu:

  • Pemeriksaan secara langsung
  • Pembiakan kuman

Pemeriksaan saluran air mata dapat diadakan dengan irigasi dari kanakuli lakrimalis (saluran air mata) dan ductus lakrimalis (kantong air mata). Untuk melihat tanda-tanda yang lain dilakukan insfeksi selanjutnya dengan melihat kelopak mata, kornea, sklera dan aparatus lakrimalis. Pemisahan pertama yaitu melihat kulit kelopak mata apakah ada kelainan misalnya bengkak, dan merah, abses, hordeolum eksterna (mata merah dan benjol keluar), dan yang lainnya proptosis (mata menonjol kedepan) atau biasa juga disebut exoftalmus. Proptosis bisa juga disebabkan oleh tumor dalam bola mata, penyakit gondok pada hipertiroid. Bola mata yang kempes disebut Ptisis bulbi.

Kelopak mata. Silia dan kelopak mata harus pula diperiksa kemungkinan adanya trichiasis ( silia yang terputar kedalam bola mata) atau Distichiasis (bulu mata tumbuh bukan pada tempatnya). Entropion (selain bola mata kelopak mata juga masuk kedalam). Ektropion (selain bola mata kelopak mata juga melipat keluar). Ptosis (kelopak mata turun kebawah). Lagostalmus (kelopak mata terbuka terus).

Kornea. Yang perlu diperhatikan pada kornea adalah diameter dan kejernihannya. Diameter yang lebih dari 12 mm (normal 9 – 12 mm) disebut megalokornea. Sebaliknya kornea yang kecil pada orang dewasa kurang  dari 9 mm disebut mikrokornea. Kornea yang normal permukaannya licin, teratur dan menyerupai cermin, iris dapat dilihat dari segala arah dengan jelas.

Camera okuli anterior (COA) atau bilik mata depan, ruangan ini dibatasi  pada bagian depan oleh kornea dan bagian belakang oleh iris. Pada keadaan  normal jarak antara kornea dan iris adalah 3 mm. Pada pemeriksaan harus diperhatikan kedalaman dari COA, bila kurang dari 2 mm dan iris kelihatan cembung, maka kemungkinan adanya penyakit glaukoma yaitu penyakit yang ditandai peninggian tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang normal 10 – 20 mm air raksa (10 – 20 mm Hg).

Iris dan Pupil. Iris dan pupil harus dilihat dengan jelas. Kekeruhan dari kornea akan menghambat pandangan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah warna, apakah ada perlengketan antara iris dan kornea (sinekia anterior), iris melengket pada lensa disebut (sinekoa posterior). Dengan adanya sinekia ini pupil tidak bulat, tidak berada ditengah,reaksi terhadap cahaya kurang.

Lensa. Lensa mata merupakan media refraksi penting pada mata dan merupakan organ bening tembus cahaya. Katarak dapat menyebabkan  lensa menjadi keruh, terlihat warna abu-abu atau warna putih pada pupil. Untuk pemeriksaan lensa ini biasanya digunakan Slitlamp Biomikroskop, dan untuk melihat sampai retina digunakan Oftalmoskop.

Corpus pitreus adalah media refraksi yang penting bening agak kental yang berada dibelakang lensa. Kelainan pada corpus pitreus dapat berupa mencirnya, bisa akibat trauma atau terdapat sel-sel dan darah didalamnya yang melayang-layang akibat infeksi atau trauma dari jaringan disekitarnya yang menyebabkan adanya muscae volientes.

Retina. Bagian retina yang penting diperiksa adalah; Discus optik (papila nervus optikus), Makula, dan pembuluh-pembuluh darah. Kelainan yang terdapat pada retina dapat merupakan tanda khusus pada beberapa penyakit tertentu, misalnya hipertensi, DM, miopia, pada ibu hamil yang terjadi eklampsi.

Posisi mata. Posisi mata perlu diperiksa ukuran matanya. Bila ukuran itu lebih kecil dari normal disebut mikroftalmus atau bola mata agak masuk kedalam ruangan orbita disebut enoftalmus atau yang menonjol disebut exsoftalmus. Demikian pula dengan pergerakan mata kesegala arah perlu diperiksa.

Konfrontasi tes adalah suatu cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang pandang penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Hasilnya belum terlalu teliti. Untuk pemeriksaan yang paling teliti digunakan Perimeter. Untuk pemeriksaan tekanan bola mata digunakan Tonometer. Untuk pengukuran visus sentral dekat yaitu dengan menggunakan optotip Aegger. Untuk test pengenalan warna bisa digunakan Ishihara tes.

source : litearatur kesehatan mata

Pemeriksaan Diagnosik Mata

Pada garis besarnya pemerksaan diagnostik mata dibagi 2 besar, yaitu:

1. Pemeriksaan Subyektif

2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan subyektif yaitu anamnesa: terdiri dari;

* Umur penderita penting diketahui bukan saja sebagai faktor penyebab dalam peru

bahan akibat ketuaan tetapi juga diperlukan untuk menolong seseorang menghadapi kenyataannya supaya ia merasa tenang. Untuk anak-anak prasekolah tidak begitu penting dilakukan koreksi mata dengan kornea mata hingga mencapai kemampuan penglihatan normal karena keperluannya dalam hal ini masih sangat  kurang dibandingkan dengan usia sekolah/orang dewasa. Umur memegang peranan pula pada miopia yang progresif yang cenderung meningkat pada belasan tahun. Begitupun dengan meningkatnya usia maka perubahan yang terjadi pada mata yang sering dikenal ialah rabun tua (presbiopia). Terjadi pada usia tua menyebabkan daya penglihatan untuk jarak dekat terganggu karena menurunnya daya akomodasi. Hal ini disebabkan lensa mata menjadi lebih kaku atau elastisitas lensa berkurang. Kekeruhan pada lensa disebut katarak. Dapat juga terjadi akibat ketuaan yang disebut katarak senil yang disebabkan karena proses degenerasi.

* Pekerjaan ada hubungannya juga dengan keluhan penderita. Seseorang yang pekerjaannya terlibat dengan benda-benda kecil misalnya tukang arloji atau guru, atau siswa yang sering membaca dapat memberikan keluhan akibat kelelahan mata. Keluhannya misalnya sakit kepala, sering keluar air mata, rasa kabur.

Visus (Ketajaman Mata)

Penderita yang mengeluh kabur harus diketahui apakah kelainan itu telah lama berlangsung ataukah baru sekarang secara kebetulan. Dengan tertutupnya 1 mata maka diketahuilah mata yang lain kabur. Kemungkinan lain ialah penurunan ketajaman penglihatan secara perlahan-lahan dari beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Untuk pemeriksaan visus ini yang sering digunakan adalah optotype snellen (snallen card). Pemeriksaan pada jarak 5 meter. Untuk tuna aksara digunakan E test. Untuk anak-anak balita digunakan gambar-gambar huruf, bintang dan lain-lain. Interpretasi hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan yang normal adalah 5,5 meter. Artinya huruf/gambar yang telah dibuat pada optotype snellen dapat dikenal untuk jarak 5 meter. Jika ketajaman penglihatan tidak sampai pada batas tersebut maka penderita ini mempunyai kelainan refraksi yang dapat dikoreksi dengan kaca mata (lensa kontak).

Refraksi mata dibagi 2 yaitu:

1. Emetropia

2. Ametropia

Mikropsia dan Makropsia

o Mikropsia adalah penglihatan dimana benda menjadi lebih kecil dari ukuran sebenarnya, terjadi akibat adanya kelainan pada fovea. Keluhan penderita tersebut disebabkan sel-sel kerucut tersebar jauh satu sama lain karena adanya edema, tumor, atau pendarahan pada makula.

o Makropsia adalah penglihatan dimana benda yang dilihat menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya sebagai akibat dirapatkannya sel-sel kerucut lebih dekat satu sama lain; karena adanya edema, tumor, atau perdarahan pada fovea.

pots

pots adalah benda yang melayang terlihat sewaktu memandang suatu benda. Disebabkan karena adanya kekeruhan pada  korpus

lapang Pandangan

Kelainan lapang pandangan dapat terjadi karena adanya kelainan tekanan intrakranial yang mempengaruhi jalannya syaraf optik atau serabut syaraf pada retina.

Rabun Senja (Light night blind)

Rabun senja atau buta senja bisa terjadi secara komenital atau terjadi belakangan, ini akibat

defesiensi vit A  seperti pada penyakit xeroptalmia dan potofobia (takut melihat cahaya) dapat menyebabkan gangguan yang hebat pada seseorang. Fotofobia dapat terjadi pada keratitis (peradangan pada kornea) dan iritis (infeksi pada iris).

Nyeri  kepala pada waktu bangun pagi dan hilang tidak lama kemudian. Hal ini jarang  disebabkan oleh karena gangguan mata.

Sebaliknya sakit kepala yang terjadi menjelang berakhirnya pekerjaan dimana diperlukan pemakaian mata yang lebih teliti dan keluhan tersebut berkurang bahkan hilang setelah isterahat/tidur, maka keadaan ini umumnya karena gangguan mata.

Diplopia dan Vertigo

Sering sukar dibedakan dengan vertigo jika tidak dibuatkan anamnese yang teliti. Jika ada keluhan diplopia, maka perlu diketahui kapan timbulnya, apakah keadaan ini konstan atau menetap atau hanya terjadi sewaktu-waktu. Diplopia monokuler terjadi akibat perubahan letak lensa, kelainan makula, simulasi, histeri sebagai manifestasi neorologis. Vertigo yang dikeluhkan penderita ialah seakan-akan bahwa benda-benda yang dilihat berputar-putar mengelilingi penderita tersebut. Terjadinya serangan ini tiba-tiba seperti bangun secara mendadak dari berbaring atau perubahan posisi kepala atau otot leher secara mendadak. Keadaan ini biasanya disebabkan anemis sereval (kekurangan darah diotak) atau adanya gangguan nervus 8 atau nervus simpatikus. Pada anamnesa perlu ditanyakan juga penyakit-penyakit yang pernah diderita misalnya penyakit gula, darah tinggi dan lain-lain.

Pemeriksaan objektif

Ialah pemeriksaan yang didapat melalui hasil penelitian pada penderita misalnya mata penderita merah, palpebra odema dan lain-lain.

Pemeriksaan obyektif pada palpebra. Tanda-tanda yang perlu diperhatikan adalah bengkak pada satu atau kedua palpebra bengkak dan nyeri pada satu kelopak mata menandakan kemungkinan adanya abses sedangkan jika bila terjadi bilateral kemungkinan ialah alergi atau adanya infeksi pada kelopak mata yang disebut blefaritis (radang pada kelopak mata) atau pada penderita dengan hipertiroid (suatu kelainan gondok)

Warna. Perubahan warna pada mata atau jaringan kelopak mata dapat terjadi karena infeksi misalnya konjuntivitis dan dan keratitis (radang pada konjungtiva ) dan ( radang pada kornea). Glaukoma adalah penyakit akibat adanya tekanan bola mata yang meningkat. Perubahan warna dapat juga kita lihat pada penyakit kuning (hepatitis) tetapi tidak yang semua berwarna kuning akibat hepatitis namun bisa juga akibat keracunan obat malaria. Warna merah selain karena infeksi pada mata dapat pula terjadi karena resapan udara konjungtiva karena trauma atau batuk-batuk yang hebat yang disebut konjungtiva bliding. Trauma mata dapat menyebabkan terdapatnya darah dalam bilik mata depan yang disebut Hifema. Adanya nanah/pus dalam bilik mata depan disebut Hipopion. Bilik mata depan (camera okuli anterior). Ruangan pada bagian sentral biasanya disebut katarak (kekeruhan pada lensa). Warna putih juga dapat dilihat pada bagian kornea sebagai jaringan parut akibat luka atau infeksi kornea yang telah sembuh (Sipatriks yang berwarna putih).

Sekresi. Sekresi pada mata harus diketahui macam dan jumlah sekresi yang terjadi jika sekresi berair tanpa mata merah dan nyeri biasanya disebut Epifora (produksi air mata yang belebihan). Sekret purulen (sekret yang bernanah) disebabkan karena infeksi bakteri.

Sekret akibat alergi biasanya banyak Eosinofil. Untuk itu pemeriksaan Lab diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan sekret mata biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu:

§ Pemeriksaan secara langsung

§ Pembiakan kuman

Pemeriksaan saluran air mata dapat diadakan dengan irigasi dari kanakuli lakrimalis (saluran air mata) dan ductus lakrimalis (kantong air mata). Untuk melihat tanda-tanda yang lain dilakukan insfeksi selanjutnya dengan melihat kelopak mata, kornea, sklera dan aparatus lakrimalis. Pemisahan pertama yaitu melihat kulit kelopak mata apakah ada kelainan misalnya bengkak, dan merah, abses, hordeolum eksterna (mata merah dan benjol keluar), dan yang lainnya proptosis (mata menonjol kedepan) atau biasa juga disebut exoftalmus. Proptosis bisa juga disebabkan oleh tumor dalam bola mata, penyakit gondok pada hipertiroid. Bola mata yang kempes disebut Ptisis bulbi.

Kelopak mata. Silia dan kelopak mata harus pula diperiksa kemungkinan adanya trichiasis ( silia yang terputar kedalam bola mata) atau Distichiasis (bulu mata tumbuh bukan pada tempatnya). Entropion (selain bola mata kelopak mata juga masuk kedalam). Ektropion (selain bola mata kelopak mata juga melipat keluar). Ptosis (kelopak mata turun kebawah). Lagostalmus (kelopak mata terbuka terus).

Kornea. Yang perlu diperhatikan pada kornea adalah diameter dan kejernihannya. Diameter yang lebih dari 12 mm (normal 9 – 12 mm) disebut megalokornea. Sebaliknya kornea yang kecil pada orang dewasa kurang  dari 9 mm disebut mikrokornea. Kornea yang normal permukaannya licin, teratur dan menyerupai cermin, iris dapat dilihat dari segala arah dengan jelas.

Camera okuli anterior (COA) atau bilik mata depan, ruangan ini dibatasi  pada bagian depan oleh kornea dan bagian belakang oleh iris. Pada keadaan  normal jarak antara kornea dan iris adalah 3 mm. Pada pemeriksaan harus diperhatikan kedalaman dari COA, bila kurang dari 2 mm dan iris kelihatan cembung, maka kemungkinan adanya penyakit glaukoma yaitu penyakit yang ditandai peninggian tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang normal 10 – 20 mm air raksa (10 – 20 mm Hg).

Iris dan Pupil. Iris dan pupil harus dilihat dengan jelas. Kekeruhan dari kornea akan menghambat pandangan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah warna, apakah ada perlengketan antara iris dan kornea (sinekia anterior), iris melengket pada lensa disebut (sinekoa posterior). Dengan adanya sinekia ini pupil tidak bulat, tidak berada ditengah,reaksi terhadap cahaya kurang.

Lensa. Lensa mata merupakan media refraksi penting pada mata dan merupakan organ bening tembus cahaya. Katarak dapat menyebabkan  lensa menjadi keruh, terlihat warna abu-abu atau warna putih pada pupil. Untuk pemeriksaan lensa ini biasanya digunakan Slitlamp Biomikroskop, dan untuk melihat sampai retina digunakan Oftalmoskop.

Corpus pitreus adalah media refraksi yang penting bening agak kental yang berada dibelakang lensa. Kelainan pada corpus pitreus dapat berupa mencirnya, bisa akibat trauma atau terdapat sel-sel dan darah didalamnya yang melayang-layang akibat infeksi atau trauma dari jaringan disekitarnya yang menyebabkan adanya muscae volientes.

Retina. Bagian retina yang penting diperiksa adalah; Discus optik (papila nervus optikus), Makula, dan pembuluh-pembuluh darah. Kelainan yang terdapat pada retina dapat merupakan tanda khusus pada beberapa penyakit tertentu, misalnya hipertensi, DM, miopia, pada ibu hamil yang terjadi eklampsi.

Posisi mata. Posisi mata perlu diperiksa ukuran matanya. Bila ukuran itu lebih kecil dari normal disebut mikroftalmus atau bola mata agak masuk kedalam ruangan orbita disebut enoftalmus atau yang menonjol disebut exsoftalmus. Demikian pula dengan pergerakan mata kesegala arah perlu diperiksa.

Konfrontasi tes adalah suatu cara yang paling praktis untuk memeriksa lapang pandang penderita dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa. Hasilnya belum terlalu teliti. Untuk pemeriksaan yang paling teliti digunakan Perimeter.

Untuk pemeriksaan tekanan bola mata digunakan Tonometer.

Untuk pengukuran visus sentral dekat yaitu dengan menggunakan optotip Aegger. Untuk test pengenalan warna bisa digunakan Ishihara tes.

Sistem Pendukung Keputusan Klinik

Pengertian

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau decision support system merupakan salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik dan berbasis evidence. Secara hirarkis, SPK biasanya dikembangkan untuk pengguna pada tingkatan manajemen menengah dan tertinggi. Dalam pengembangan sistem informasi, SPK baru dapat dikembangkan jika sistem pengolahan transaksi (level pertama) dan sistem informasi manajemen (level kedua) sudah berjalan dengan baik. SPK yang baik harus mampu menggali informasi dari database, melakukan analisis serta memberikan interpretasi dalam bentuk yang mudah dipahami dengan format yang mudah untuk digunakan (user friendly).
Dari sisi konteks, pada dasarnya sebuah Sistem Pendukung Keputusan Klinik (SPKK) adalah SPK yang diterapkan untuk manajemen klinis. Secara definitif SPKK adalah aplikasi perangkat lunak yang mengintegrasikan informasi yang berasal dari pasien (karakteristik demografis, klinis, sosial psikologis) dengan basis pengetahuan (knowledge base) untuk membantu klinisi dan atau pasien dalam membuat keputusan klinis. Pengguna SPKK adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam tata laksana klinis pasien di rumah sakit mulai dari dokter, perawat, bidan, fisioterapis dan lain-lain.

Fungsi SPKK
Alasan mengapa SPKK disebut-sebut sebagai salah satu alternatif untuk mencegah medical error dan mendorong patient safety terletak pada potensi dan fungsinya. SPKK secara umum akan bermanfaat bagi dokter dalam pengambilan keputusan karena memiliki fungsi mulai dari alerting, assisting, critiquing, diagnosis hingga ke manajemen.

  1. Alerting  — > Alert otomatis akan muncul dan memberikan data serta informasi kepada dokter secara cepat pada situasi kritis yang kadang membahayakan. Pada kondisi tersebut, informasi yang lengkap sangat penting dalam pengambilan keputusan, misalnya: nilai laboratorium abnormal, kecenderungan vital sign, kontraindikasi pengobatan maupun kegagalan prosedur tertentu. Sistem alert telah digunakan secara rutin dalam program HELP (Health Evaluation through Logical Processing) mampu menurunkan laju infeksi pasca operatif dari 13% ke 5.5% per hari dan menurunkan prosentase pemberian antibiotik berlebihan dari 35% ke 18%.
  2. Interpretasi –> Interpretasi merupakan asimilasi dari data klinis untuk memahami data pasien. Contoh sederhana adalah mesin penginterpretasi EKG, analisis gas datah maupun pemeriksaan radiologis.
  3. Assisting (memberikan bantuan) –> Adalah contoh SPKK yang bertujuan untuk mempermudah atau mempercepat aktivitas klinis. SPKK yang bersifat hibrid (campuran manual dan elektronik) akan memberikan hasil print out sintesis data pasien yang mengarahkan kepada tindakan manajemen selanjutnya. Pada sistem yang online, SPKK akan menampilkan seluruh data dalam tampilan grafis yang mudah dilihat dan komprehensif .
  4. Critiquing (memberikan kritik)–> Jenis aplikasi ini akan memberikan kritik kepada pengguna untuk memverifikasi keputusan klinis yang telah dipilih. Berbagai contoh aplikasi SPKK jenis ini dapat bermanfaat untuk mencegah permintaan pemeriksaan klinis yang tidak tepat (seperti pada gambar 6), pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi maupun penerapan protokol klinik.
  5. Diagnosis –> Merupakan contoh aplikasi SPKK yang paling populer dan banyak dipublikasikan sejak tahun 1970-an. Tujuan aplikasi ini adalah memberikan daftar probabilitas berbagai differential diagnosis berdasarkan data pasien yang diinputkan ke dalam komputer.
  6. Manajemen –> Pada dasarnya, aplikasi jenis ini bertujuan untuk meningkatkan/memperbaiki sistem manajemen klinis yang ada, mulai dari operasional rumah sakit, alokasi sumber daya (termasuk SDM) hingga ke assessment terhadap perubahan pola penyakit yang dirawat.

Perkembangan SPKK
Hingga saat ini, banyak sekali publikasi mengenai SPKK yang dapat ditemukan di jurnal internasional dengan berbagai kategori. Tabel 1 menyajikan tiga kategori utama SPKK, yaitu SPKK berspektrum luas, mengenah dan kecil dengan contoh aplikasinya masing-masing.

Namun, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua aplikasi SPKK diterapkan dalam praktek sehari-hari. Pada waktu awal, gairah riset untuk pengembangan SPKK terpesona dengan kemampuan komputer untuk melakukan analisis secara cepat dan mengumpulkan data yang cukup besar. Sehingga tujuan pengembangan SPKK seakan-akan bertujuan untuk mengganti peran dokter (ingat pertarungan catur Gary Kasparov melawan Deep Blue). Model konsultasi diagnosisk pada program INTERNIST-I pada tahun 1974 menempatkan dokter sebagai pihak yang tidak mampu melakukan diagnosis. Sehingga, dokter diminta untuk memasukkan semua informasi pasien, mulai dari riwayat penyakit, data laboratorium hingga temuan pemeriksaan fisik ke dalam program tersebut untuk mendapatkan hasilnya. Dokter hanya berperan sebagai observer yang pasif dan menjawab YES atau NO terhadap pertanyaan dari INTERNIST-I. Meskipun dari sisi teknis, program INTERNIST-I memiliki kemampuan tinggi untuk mendiagonosis penyakit, tetapi di lapangan tidak ada dokter yang mau memfeed komputer dengan hasil temuannya. Di sisi lain, sangatlah wajar apabila banyak dokter yang menolak SPKK karena aplikasi ini cenderung membatasi otoritas seorang dokter. Namun di sisi lain, perkembangan teknologi informasi menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang memungkinkan rumahsakit mengintegrasikan berbagai sumber data menggunakan perangkat keras yang semakin mini (komputer yang dikembangkan untuk SPKK pada tahun 1970-an ukurannya sebesar lemari) dan terintegrasi dengan jaringan (termasuk jalur nir kabel). Di Kanada, 50 persen dokter di bawah usia 35 tahun saat ini sudah menggunakan PDA dan aktif mendownload berbagai e-book tentang clinical guidelines yang terdapat di Internet.

Dalam analisisnya tentang perkembangan SPKK, Bates et al menyarankan 10 syarat agar SPKK diterapkan di lapangan, sebagai berikut:

  1. Speed is everything
  2. Anticipate needs and deliver in a real time
  3. Fit into the user’s workflow
  4. Little things can make a big difference
  5. Recognize that physician will strongly resist stopping
  6. Changing direction is easier than stopping
  7. Simple interventions work best
  8. Ask for additional information only when you really need it
  9. Monitor impact, get feedback and respond
  10. Manage and maintain your knowledge based systems

Penutup

Sistem pendukung keputusan klinik yang spesifik akan terus berkembang dan meluas penggunaannya. Analisis EKG, interpretasi analisis gas darah, elektroforesis protein serta hitung jenis sel darah berkomputer merupakan beberapa contoh kecil keberhasilan SPK di bidang klinik. Namun demikian, SPKK generik yang berskala besar masih dipertanyakan. Hal ini sangat tergantung kepada konstruksi dan pemeliharaan basis pengetahuan medis (medical knowledge base). Seperti kita, ketahui, sampai sekarang, sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih berkutat dengan subsistem informasi keuangan (khususnya billing). Meskipun, beberapa rumah sakit sudah mengembangkan database rekam medis, tetapi masih terbatas pada pengumpulan data demografis dan diagnosis. Medical knowledge base memerlukan effort yang besar karena harus mengembangkan database klinis pasien (dengan mengumpulkan data diagnosis, simtom, faktor risiko, multimedia, laboratorium hingga ke genetis) serta sumber daya manusia yang konsisten dan terus menerus memelihara dan mengkaji perkembangan mutakhir yang terdapat dalam database pasien serta sumber-sumber literatur kedokteran mutakhir, seperti MEDLINE. Perkembangan pengetahuan terbaru selanjutnya diadaptasi menjadi basis literatur dan dikombinasikan dengan protokol klinik dan outcome terbaik dalam pelayanan klinik sebagai bahan makanan bagi SPKK agar tetap terjaga kekiniannya (gambar 7). Oleh karena itu, pengembangan SPKK jenis ini biasanya sesuai untuk rumah sakit tipe B pendidikan yang memiliki komitmen lebih jelas dalam aspek riset. Sebagian besar literatur yang menjelaskan keberhasilan SPKKpun juga berasal dari institusi besar, dengan jenis layanan tersier dan mayoritas penggunanya adalah residen.

Di sisi yang lain, mengembangkan SPKK generik untuk taraf menengah dan kecil, agar dapat digunakan oleh dokter praktek umum juga sangat dilematis. Kecuali, jika SPKK tersebut didesain dalam bentuk tertentu yang justru akan meningkatkan image dokter di mata pasien. Oleh karena itu, salah satu harapan agar semakin banyak dokter menggunakan SPKK adalah integrasi modul SPKK dengan perangkat yang handy yaitu personal digital assistant (PDA). Namun, hingga saat ini SPKK yang terdapat dalam bentuk PDA lebih banyak bertujuan membantu dokter dalam memilih jenis terapi. Akan tetapi, kemampuan PDA untuk menyimpan database dalam skala besar masih dalam perkembangan. Di rumah sakit besar, pemanfaatan PDA dapat difasilitasi dengan jaringan nir kabel yangmemungkinkan koneksi ke database pasien di rumah sakit.

Sebagai penutup SPKK memiliki prospek yang sangat baik di masa depan. Para peneliti serta publikasi mengenai SPKK menunjukkan pertumbuhan yang meyakinkan dengan jenis aplikasi SPKK yang semakin beragam. Di sisi lain perusahan komersial yang tertarik dengan SPKK juga semakin banyak. Namun, di sisi lain perlu diimbangi dengan assessment tentang cost effectiveness serta prosedur pengujian dan standar mutunya. Semua hal tersebut nantinya akan mendorong perkembangan SPKK baru yang produktif, teruji dan (yang penting lagi) digunakan dalam praktek klinis.

source : http://anisfuad.wordpress.com/2005/09/13/sistem-pendukung-keputusan-klinik/

Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sebelum kita melangkah kedalam penerapan SPK dalam bidang medis bagian mata , kiranya kita harus tahu terlebih dulu tentang Sistem Pengambil Keputusan .

Pada Tahun 1970-1n lahirlah SPK (Sistem Pendukung  Keputusan) karena banyaknya kebutuhan pengambilan keputusan manajemen . SPK merupakan kemajuan dari information reporting system dan transaction prosessing system . SPK adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan model keputusan dan database khusus untuk membantu proses pengambilan keputusan bagi manajerial end user.

Domain permasalahan dalam SPK :

  1. Permasalahan terstruktur –>  masalah yang sudah pasti alur penyelesaiannya , dan bisa di selesaikan dengan computer solution . mis : masalah proses transaksi
  2. Permasalahan semi terstruktur –> masalah yang kejelasan alur penyelesaiannya tidak semuanya pasti , sehingga membutuhkan bantuan Manager dalam pengambilan keputusan. mis : perencanaan produk baru
  3. Permasalahan tidak tersetruktur –> masalah yang alur penyelesaiannya belum pasti sehingga yang berperan besar untuk menyelesaikannya adalah manager . mis : penggantian hardware, pembelian software tertentu.

Komponen SPK antara lain :

  1. Manajemen Data –> terdiri atas basisdata yang berisi data-data yang terkait dengan permasalahan yang akan di selesaikan.
  2. Manajemen Model –> merupakan paket perangkat lunak yang berisi statistik, ilmu manajemen,atau model kuantitatif lainnya yang mampu memberikan kapabilitas analitik bagi sistem.
  3. Model-model eksternal
  4. Subsistem berbasis pengetahuan –> digunakan oleh pengguna untuk berkomunikasi dengan sistem
  5. Antarmuka pengguna –> di gunakan untuk mendukung subsistem-subsistem lainnya

Kapabilitas SPK –> Secara umum Spk harus memiliki kemampuan untuk :

  • Digunakan dengan mudah.
  • Mengakses berbagai sumber , tipe dan format data untuk berbagai permasalahan.
  • Mengakses berbagai kemampuan analisis dengan berbagai saran dan panduan

Tahapan Pengambilan Keputusan :

  • Intelligence –> Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi permasalahan.
  • Design –> Perancangan solusi dalam bentuk berbagai alternatif pemecahan masalah.
  • Choice –> pemilihan solusi dari berbagai alternatif yang di sediakan
  • Implementation –> Pelaksanaankeputusan dan pelaporan hasil

Metode-metode yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan :

  1. Masalah optimasi pada perancangan teknik : linear programing, quadric programing,generalized reduced gradient method , dll.
  2. Masalah pengambilan keputusan dibawah resiko : ANOVA,DOE.
  3. Pengambilan keputudan di bawah ketidak pastian : teorema bayes.
  4. Multicriteria decesion making di bawah kepastian : MADM,QFD,AHP,MODM .
  5. Multicriteria decesion making di bawah resiko dan ketidak pastian : Teori himpunan fuzzy, MAUT, Decession Tree, byesian method.
  6. pengambilan keputusan terdistribusi dilakukan melalui tahap-tahap : definition fase,conceptual fase,embodiment phase,detail phase.

komponen SPK :

1. Manajemen data –> terdiri atas basisdata yang berisi data-data yang terkait dengan permasalahn yang akan di selesaikan.

2. Manajemen Model –>